Ahmad bayi tanpa anus saat digendong ibunya. |
Informasi diperoleh Syarifuddin merupakan warga Desa Sopo
Batu, Kecamatan Panyabungan Kota, Kabupaten Madina sangat tersiksa dengan
kelainan yang dideritanya.
Menurut Ilmah, sejak berumur tiga hari, Ahmad tidak bisa
buang air besar. Sehingga kotoran yang di dalam perutnya terpaksa dikeluarkan
melalui usus di bagian perut. Untuk menjaga agar kotoran balitanya tidak kena
baju dan tercium bau, maka diakali dengan dibungkus menggunakan kain kecil.
"Kotoran dikeluarkan melalui usus di bagian perut.
Memang enggak ada masalah, tetapi saya sebagai orangtua kasihan melihat
kondisinya," tutur Ilmah sang bunda kepada sejumlah wartawan di
kediamannya, Minggu (28/1).
Ilmah mengakui, sesudah Ahmad berusia satu minggu pernah
dibawa ke Rumah Sakit M. Jamil Padang Provinsi Sumatera Barat dan ketika itu
menghabiskan biaya lebih dari Rp5 juta.
"Hingga saat ini uang yang dipinjam ke tetangga belum
juga bisa dikembalikan," ungkapnya dengan sedih.
Suasana kediaman Ahmad balita tanpa anus |
Upaya keluarga untuk mengobati Ahmad terus dilakukan, tapi
sampai sejauh ini tak membuahkan hasil. Sang ibu mengaku sudah kesulitan
memperoleh biaya untuk mengupayakan operasi pembuatan lubang anus yang mencapai
puluhan juta itu.
"Rencananya, Ahmad mau saya bawa ke RS M Jamil Padang
lagi untuk operasi, tapi kami kesulitan biaya karena usianya sudah bisa operasi
lagi," ujarnya.
Ilmah mengatakan, tak henti-hentinya menitikan air mata
ketika menatap wajah anak kesayangannya itu. Di usianya yang masih balita sudah
mengalami ketidaknormalan.
"Saya sudah tak bisa ngomong apa-apa karena tidak
mempunyai uang untuk biaya operasi Ahmad. Memang kami memiliki BPJS, tapi, yang
menjadi beban buat saya untuk biaya nanti di RS M Jamil Padang ," ucapnya.
"Kami juga mohon bantuan kepada para dermawan untuk
membantu mengobati anak saya," ucap Ilma sambil meneteskan air mata.
Sementara Syahdan Nasution (38), salah satu warga setempat
mengatakan, sangat kasihan melihat balita yang juga anak dari tetangganya, tapi
dirinya pun tak mampu untuk membantu biaya operasi balita itu karena harus
menelang biaya jutaan rupiah.
"Saya mau bantu, namun kehidupan saya pun masih
pas-pasan," ujarnya.
Selain kasihan, Syahdan berharap, ada perhatian dari seorang
dermawan kepada tetangganya berupa bantuan dana berobat.
"Kasihan kami melihatnya setiap hari anak itu sering
merintih kesakitan, orangtuanya pun sering curhat untuk kelanjutan biaya
pengobatan Ahmad yang kabarnya butuh biaya besar," kata Syahdan. (syaf)